Pada September 2016, akun Instagram @candrikasoewarno mengunggah ilustrasi empat perempuan sedang masturbasi. Ilustrasi tersebut merupakan bagian dari fanzine komunitas seni Penahitam edisi Erotika. Unggahan tersebut memicu diskusi tentang seksualitas perempuan, khususnya masturbasi, yang masih dianggap tabu di Indonesia.
Dalam keterangan unggahannya, @candrikasoewarno menulis, “…Gambar ini memang sangat kental dengan aura yang feminin, di mana 4 perempuan sedang bermasturbasi menikmati jari-jari mereka bereksplorasi di bagian intim masing-masing. Tidak hanya di vagina, tetapi juga titik sensitif seperti puting payudara… Kalau laki-laki sangat biasa dihubungkan dengan onani, saya merasa perempuan sangat jarang dan tabu sekali bila bersuara tentang bagaimana mereka juga bisa menikmati tubuh mereka sendiri, sekaligus lebih mengenal dan mempelajari bagian tubuh sendiri. Di titik mana kenikmatan itu bisa dicapai. Yah, perbedaannya hanya bentuk alat vital dan cara menstimulasinya saja, orgasmenya? Pasti sama-sama nikmatnya…”
Pernyataan ini menyoroti kesenjangan informasi dan stigma seputar seksualitas perempuan. Banyak perempuan, dari remaja hingga dewasa, kesulitan mengakses pengetahuan tentang tubuh dan kenikmatan seksual mereka sendiri. Salah satu mitos yang beredar adalah masturbasi merusak keperawanan, yang sering didefinisikan sempit hanya pada utuh tidaknya selaput dara.
Padahal, kenikmatan seksual perempuan jauh lebih kompleks dan beragam. Setiap perempuan memiliki titik-titik erotis yang berbeda, dan stimulasi klitoris misalnya, juga bisa memberikan orgasme tanpa merusak selaput dara, sebagaimana dijelaskan oleh Linda Rae Bennet dalam bukunya Women, Islam and Modernity: Single Women, Sexuality and Reproductive Health in Contemporary Indonesia (2005).
Mengenal Tubuh dan Peduli Diri Lewat Masturbasi
Informasi tentang seksualitas perempuan dan masturbasi tidak hanya terbatas pada pendidikan seks formal atau obrolan pribadi. Aplikasi seperti HappyPlaytime, yang dibuat oleh Tina Gong pada tahun 2013, memberikan panduan dan informasi tentang masturbasi perempuan, anatomi, serta fakta-fakta menarik lainnya. Tujuannya jelas, melawan stigma budaya yang membatasi akses perempuan pada stimulasi diri.
Dalam situs HappyPlaytime tertulis, “Mencintai tubuhmu, dengan cara apa pun, bukanlah sebuah dosa. Tidak perlu lagi malu, tidak perlu lagi merahasiakannya. Vulva kecil ini [Happy] bermisi membebaskan dunia dari stigma sosial yang konyol.” Tina juga menekankan bahwa kenyamanan dalam menikmati seksualitas sendiri merupakan dasar untuk menerima dan memberikan kenikmatan seksual dalam hubungan dengan orang lain.
Mengenal anatomi dan menemukan titik-titik kenikmatan seksual merupakan bentuk kepedulian terhadap diri sendiri. Helen O’Grady, dalam bukunya Woman’s Relationship with Herself: Gender, Foucault, and Therapy (2005), menjelaskan bahwa kurangnya perhatian pada diri sendiri dapat membuat perempuan rentan terhadap eksploitasi atau perlakuan kasar dari orang lain. Prioritas pada kepuasan pasangan dapat mengaburkan kebutuhan dan hasrat perempuan, sehingga kesenangannya bergantung pada orang lain dan membuatnya rentan terhadap potensi ketidaknyamanan.
Tak Cuma untuk Perempuan Lajang
Mitos lain yang beredar adalah masturbasi hanya untuk perempuan lajang. Namun, beberapa narasumber dalam buku The ‘O’ Project (2010) karya Firliana Purwanti membantahnya. Uly Siregar menyatakan, “Masturbasi menjadi pilihan banyak perempuan. Tak hanya para lajang, bahkan mereka yang punya pasangan seks tetap doyan masturbasi. Entah karena pasangan lagi absen, entah lagi sial punya pasangan yang malas memenuhi kebutuhan orgasme.”
Seorang penari perut yang sudah berpasangan menambahkan, “Masturbasi itu luar biasa. Aktivitas ini mengajarkan rangsangan seperti apa yang dibutuhkan oleh tubuh kita untuk mencapai orgasme. Untuk aku, ini penting ketika bersama pasangan. Aku jadi mengetahui apa yang harus dilakukan agar mencapai klimaks.” Studi Regnerus et.al. (2017) pada 7.648 laki-laki dan 8.090 perempuan AS usia 18-60 yang telah berpasangan menemukan bahwa perempuan yang merasa puas secara seksual dengan pasangannya cenderung lebih sering melakukan masturbasi.
Studi ini menunjukkan masturbasi bukan pengganti hubungan seksual, melainkan pelengkap yang dapat meningkatkan kepuasan seksual. Masturbasi dapat membantu perempuan memahami tubuhnya sendiri dan apa yang dibutuhkannya untuk mencapai orgasme, baik secara mandiri maupun bersama pasangan.
Manfaat Masturbasi bagi Kesehatan
Selain aspek psikologis, masturbasi juga memiliki manfaat kesehatan. Situs WebMD menyebutkan masturbasi dapat meningkatkan aliran darah dan melepaskan endorfin, hormon yang meningkatkan mood dan mengurangi stres. Bahkan tanpa orgasme, mood yang baik tetap bisa dirasakan, menurut Nicole Prause, Ph.D., peneliti seksualitas dari UCLA.
Dr. Lauren Streicher, menyatakan bahwa stimulasi diri merupakan cara yang efektif untuk meredakan stres. Bagi perempuan menopause, masturbasi dapat membantu mengatasi penyempitan vagina yang menyebabkan rasa sakit saat berhubungan seks, seperti yang dijelaskan oleh Judi Chervenak, ginekolog di Montefiore Medical Center, New York. Penggunaan pelumas berbahan dasar air dapat membantu mengatasi masalah kekeringan dan meningkatkan gairah seks.
Studi dalam Sexual and Relationship Therapy (2007) menunjukkan masturbasi dapat mengurangi nyeri menstruasi (dismenore). Orgasme dapat mengurangi kram panggul dan sakit punggung. Survei terhadap 1900 perempuan AS menunjukkan 9 persen menggunakan masturbasi untuk mengatasi nyeri menstruasi. Situs Women’s Health Network menambahkan bahwa masturbasi dapat mencegah infeksi serviks dan saluran kencing karena cairan yang keluar saat orgasme dapat membersihkan bakteri.
Meskipun bermanfaat, penting untuk mengontrol intensitas masturbasi. Terlalu sering masturbasi dan menggantinya sebagai satu-satunya aktivitas seksual dapat menyebabkan isolasi sosial atau bahkan kecanduan, seperti yang dijelaskan Alexandra Katehakis dari Center for Healthy Sex, Los Angeles. Kecanduan masturbasi bisa menimbulkan dampak yang mirip dengan kecanduan obat-obatan atau alkohol.
Kesimpulannya, masturbasi merupakan aktivitas yang alami dan sehat bagi perempuan. Mitos dan stigma yang mengelilinginya perlu dihancurkan agar perempuan dapat memiliki akses informasi yang akurat dan dapat merasakan kebebasan dalam mengeksplorasi dan menikmati seksualitas mereka sendiri. Penting untuk menyeimbangkan kepuasan seksual pribadi dengan hubungan intim dengan pasangan, dan mencari bantuan profesional jika mengalami masalah kecanduan.
							




