Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang telah menimbulkan ketidakpastian ekonomi global akhirnya berakhir. Kedua negara adikuasa ini telah mencapai kesepakatan kerangka kerja perdagangan baru. Kesepakatan ini mencakup hal-hal penting seperti izin ekspor tanah jarang dan pelonggaran pembatasan teknologi.
Pengumuman resmi mengenai kesepakatan ini disampaikan oleh Kementerian Perdagangan China pada Jumat sore. Rincian lengkap kesepakatan masih belum dipublikasikan secara menyeluruh.
Kesepakatan AS-China: Izin Ekspor Tanah Jarang dan Pelonggaran Teknologi
Juru bicara Kementerian Perdagangan China menyatakan bahwa China akan meninjau dan menyetujui aplikasi ekspor untuk barang-barang yang sebelumnya tunduk pada aturan pengendalian ekspor yang ketat. Secara simultan, AS akan mencabut sejumlah tindakan pembatasan yang sebelumnya diberlakukan terhadap Beijing.
Presiden AS Donald Trump mengumumkan penandatanganan perjanjian perdagangan ini pada hari Kamis di Gedung Putih. Seorang pejabat Gedung Putih kemudian menjelaskan bahwa kesepakatan tersebut merupakan pemahaman tambahan dalam kerangka kerja implementasi perjanjian Jenewa.
Meskipun pengumuman ini disambut positif, detail spesifik kesepakatan masih minim. Kurangnya transparansi menimbulkan pertanyaan tentang ruang lingkup sebenarnya dari komitmen kedua negara.
Negosiasi Jenewa dan Kesepakatan London: Titik Balik Perang Dagang
Sebelumnya, tim negosiasi perdagangan AS dan China telah melakukan pembicaraan tingkat tinggi di London. Pertemuan ini dipimpin oleh Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Wakil Perdana Menteri China He Lifeng.
Pertemuan di London menghasilkan kesepakatan tentang implementasi konsensus Jenewa. Kesepakatan ini menandai berakhirnya periode yang sebelumnya disebut sebagai “perang dagang”.
Washington sebelumnya menuding China lamban dalam melonggarkan pembatasan ekspor tanah jarang. Sementara itu, Beijing mengkritik pembatasan teknologi AS dan pencabutan visa pelajar.
Tantangan dan Prospek Masa Depan: Tanah Jarang Tetap Jadi Titik Perhatian
Alfredo Montufar-Helu, penasihat senior untuk China di lembaga pemikir The Conference Board, mengingatkan agar tidak terlalu optimistis. Hal ini karena detail mengenai pembatasan ekspor tanah jarang mana yang dilonggarkan masih belum jelas.
Meskipun magnet disebut-sebut sebagai salah satu komoditas yang akan mendapatkan pelonggaran, tanah jarang tetap menjadi alat tawar-menawar penting dalam negosiasi perdagangan di masa mendatang.
Montufar-Helu menambahkan, perdagangan tanah jarang kemungkinan masih akan tetap dibatasi. Hal ini menunjukkan bahwa kesepakatan ini belum sepenuhnya menyelesaikan semua perselisihan perdagangan antara AS dan China.
Pertemuan perdagangan awal di Jenewa pada pertengahan Mei telah menghasilkan kesepakatan awal untuk menangguhkan sebagian besar tarif atas barang masing-masing selama 90 hari. Kedua negara juga sepakat untuk mencabut beberapa tindakan pembatasan tertentu.
Secara keseluruhan, kesepakatan ini menandai babak baru dalam hubungan ekonomi AS-China. Namun, detail implementasi dan potensi tantangan di masa depan masih perlu dipantau secara ketat. Keterbukaan informasi dan transparansi menjadi kunci keberhasilan implementasi kesepakatan ini untuk jangka panjang.
Ke depannya, perlu dikaji lebih lanjut bagaimana kesepakatan ini akan berdampak pada perekonomian global dan bagaimana kedua negara akan mengatasi potensi konflik perdagangan di masa depan.
