Perdebatan mengenai metode pelabelan gizi terbaik untuk produk pangan olahan di Indonesia kembali mencuat. Dua organisasi non-pemerintah, Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) dan Forum Warga Kota (FAKTA), menyatakan dukungannya terhadap penerapan label peringatan di depan kemasan (front-of-pack labelling).
Mereka menilai metode ini lebih efektif dibandingkan sistem pelabelan Nutri-Score atau Nutrigrade yang sebelumnya dipromosikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Pilihan label peringatan dianggap lebih mudah dipahami oleh konsumen, terutama mereka yang memiliki tingkat literasi kesehatan yang rendah.
Label Peringatan: Alternatif Lebih Efektif dari Nutrigrade?
CISDI dan FAKTA berpendapat bahwa label peringatan, yang biasanya menampilkan simbol atau warna tertentu untuk menunjukkan kadar gula, garam, dan lemak jenuh yang tinggi, lebih mudah diinterpretasi oleh masyarakat umum.
Dibandingkan dengan sistem angka atau huruf seperti Nutrigrade, label peringatan dianggap lebih intuitif dan langsung memberikan informasi penting tentang kandungan nutrisi yang perlu diperhatikan.
Sistem pelabelan Nutrigrade, yang menggunakan gradasi huruf A hingga E untuk menunjukkan tingkat kesehatan produk, membutuhkan pemahaman lebih mendalam tentang nilai gizi dan sistem koding tersebut. Hal ini dapat menjadi penghalang bagi sebagian besar masyarakat Indonesia yang mungkin kurang familiar dengan sistem tersebut.
Mengapa Label Peringatan Diperlukan?
Tingginya angka penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia, seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung, mendorong perlunya upaya pencegahan yang lebih efektif.
Konsumsi pangan olahan dan siap saji yang tinggi menjadi salah satu faktor risiko utama. Label peringatan diharapkan dapat membantu konsumen membuat pilihan yang lebih sehat dengan mudah dan cepat.
Dengan melihat label peringatan secara sekilas, konsumen dapat langsung mengenali produk dengan kandungan gula, garam, dan lemak jenuh tinggi. Mereka kemudian dapat memilih alternatif yang lebih sehat untuk dikonsumsi.
Dukungan dan Tantangan Implementasi Label Peringatan
Dukungan CISDI dan FAKTA terhadap label peringatan didasari oleh penelitian dan data empiris yang menunjukkan efektivitas metode ini di berbagai negara.
Namun, implementasi label peringatan di Indonesia tentu tidak akan mudah. Dibutuhkan kerjasama antar berbagai pihak, termasuk pemerintah, produsen, dan masyarakat.
Salah satu tantangan utamanya adalah kemungkinan penolakan dari produsen yang merasa label peringatan dapat menurunkan penjualan produknya. Sosialisasi yang masif dan edukasi kepada masyarakat juga menjadi kunci keberhasilan penerapan sistem pelabelan ini.
BPOM sebagai lembaga regulator memiliki peran penting dalam menentukan kebijakan dan standar pelabelan yang tepat. Partisipasi aktif dari akademisi dan pakar kesehatan juga dibutuhkan untuk memastikan implementasi yang efektif dan tepat sasaran.
Perlu dikaji lebih lanjut bagaimana mekanisme pengawasan dan penegakan hukum agar label peringatan dapat diimplementasikan secara konsisten dan efektif. Hal ini penting untuk memastikan manfaat label peringatan dapat dirasakan oleh masyarakat.
Kesimpulannya, perdebatan mengenai sistem pelabelan gizi yang paling efektif terus berlanjut. Namun, usulan penerapan label peringatan depan kemasan menawarkan solusi yang lebih sederhana dan mudah dipahami konsumen Indonesia. Suksesnya implementasi ini memerlukan kerjasama dan komitmen dari berbagai pihak demi mewujudkan Indonesia yang lebih sehat.



