Obesitas, kondisi kelebihan berat badan yang signifikan, menimbulkan dampak luas pada kesehatan. Dampak ini tidak hanya terbatas pada masalah fisik, tetapi juga berpengaruh signifikan pada kesuburan, baik pada wanita maupun pria. Bahkan, bagi wanita hamil, obesitas meningkatkan berbagai risiko selama kehamilan dan setelah melahirkan.
Obesitas mengganggu berbagai sistem tubuh, termasuk sistem reproduksi. Hal ini telah ditegaskan oleh dr. Zakia, Sp.OG, Subsp. F.E.R., dokter spesialis obstetri dan ginekologi konsultan fertilitas dari RS Persahabatan, dalam sebuah talkshow bersama Kementerian Kesehatan RI.
Obesitas dan Kesuburan: Ancaman bagi Pria dan Wanita
Obesitas dapat menyebabkan berbagai gangguan sistemik, mulai dari gangguan metabolik hingga hormonal. Gangguan ini, pada sistem reproduksi, dapat menyebabkan masalah menstruasi dan menurunkan kesuburan.
Lebih dari 60% pasien infertilitas juga mengalami obesitas. Semakin tinggi indeks massa tubuh (IMT), semakin besar pula penurunan kesuburan. Setiap kenaikan satu poin BMI dapat menurunkan potensi kesuburan hingga 4%. Dengan BMI 35, penurunan kesuburan bisa mencapai sekitar 24%.
Obesitas juga menurunkan keberhasilan program bayi tabung (IVF). Pada wanita dengan berat badan berlebih, peluang keberhasilan IVF menurun 9%. Angka ini meningkat hingga 20% pada wanita obesitas.
Salah satu penyebab utama gangguan kesuburan pada wanita obesitas adalah gangguan ovulasi. Proses pelepasan sel telur dapat gagal tiga kali lebih sering pada wanita obesitas dibandingkan wanita dengan berat badan normal.
Risiko Kehamilan dan Persalinan pada Ibu Obesitas
Wanita obesitas yang berhasil hamil tetap menghadapi risiko tinggi selama kehamilan. Obesitas menjadi faktor risiko utama berbagai komplikasi. Dr. Yuyun Lisnawati, Sp.OG, Subsp. K.Fm, konsultan kedokteran fetomaternal dari RS Persahabatan, menjelaskan bahwa gangguan metabolik, seperti resistensi insulin yang dapat berkembang menjadi diabetes gestasional, sering terjadi.
Hipertensi dan preeklampsia juga merupakan risiko serius pada ibu hamil obesitas. Kondisi ini dapat membahayakan ibu dan janin. Lemak berlebih memicu peradangan kronis, menghasilkan zat inflamasi dan radikal bebas, yang dapat merusak pembuluh darah, termasuk plasenta.
Dampak Obesitas pada Janin: Lebih dari Sekadar Ukuran Bayi
Dampak obesitas pada ibu hamil juga memengaruhi janin. Salah satu konsekuensi yang umum adalah makrosomia, di mana bayi lahir dengan ukuran tubuh yang lebih besar dari rata-rata. Namun, ukuran besar ini tidak menjamin kesehatan janin.
Organ-organ vital janin, seperti paru-paru, mungkin belum berkembang sempurna. Hal ini dapat menyebabkan sesak napas dan perawatan intensif setelah lahir. Kelahiran bayi besar juga meningkatkan risiko operasi caesar dan kesulitan persalinan normal.
Selain itu, terdapat risiko epigenetik, di mana bayi dari ibu obesitas berisiko lebih tinggi mengalami obesitas dan diabetes di masa dewasa. Ini menunjukkan dampak jangka panjang obesitas yang meluas hingga generasi berikutnya.
Kesimpulannya, obesitas merupakan ancaman serius bagi kesehatan reproduksi dan kehamilan. Baik wanita maupun pria perlu menjaga berat badan ideal untuk meningkatkan peluang kesuburan dan memastikan kehamilan yang sehat. Pencegahan dan pengelolaan berat badan yang tepat sangat penting untuk kesehatan jangka panjang individu dan keturunannya. Konsultasi dengan dokter spesialis merupakan langkah penting bagi mereka yang ingin merencanakan kehamilan atau mengalami masalah dengan berat badan.





