Varian COVID Nimbus: Ancaman Baru, Mengancam Tanpa Musim

Varian COVID Nimbus: Ancaman Baru, Mengancam Tanpa Musim
Sumber: Liputan6.com

Varian baru COVID-19, Nimbus (NB.1.8.1), tengah menjadi perhatian dunia. Varian ini telah menggeser dominasi varian sebelumnya dan memicu peningkatan kasus COVID-19 di berbagai belahan dunia, termasuk Asia, Eropa, dan Amerika.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan NB.1.8.1 sebagai *Variant Under Monitoring (VUM)*, mengingat laju penyebarannya yang signifikan. Hal ini menuntut kewaspadaan global dalam menghadapi ancaman baru ini.

Munculnya Varian Nimbus dan Ancamannya

Penurunan sirkulasi varian LP.8.1 sejak pertengahan April 2025 telah digantikan oleh varian NB.1.8.1. Hal ini disampaikan oleh Prof. Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI dan Adjunct Professor di Griffith University.

Secara genetik, varian Nimbus berkaitan dengan varian XDV.1.5.1 dan JN.1. Mutasi pada *spike* protein, yang berperan penting dalam penularan virus, menjadi ciri khasnya.

Mutasi utama ditemukan pada titik T22N, F59S, G184S, A435S, V445H, dan T478I. Mutasi-mutasi ini berpotensi meningkatkan penularan dan kemampuan virus untuk menghindari sistem kekebalan tubuh.

Dampak Mutasi pada Penularan dan Kekebalan Tubuh

Mutasi pada posisi 445 meningkatkan ikatan virus dengan reseptor ACE2 manusia. Ini membuat virus lebih mudah menular, sehingga menyebabkan peningkatan kasus COVID-19 di berbagai negara.

Mutasi pada posisi 435 dan 478 berkontribusi pada kemampuan virus untuk menghindari sistem kekebalan tubuh. Mutasi 435 menurunkan efektivitas antibodi, sementara mutasi 478 memungkinkan evasi antibodi.

Hal ini berpotensi mengurangi efektivitas perlindungan dari vaksin atau infeksi sebelumnya. Penting untuk diingat bahwa perlindungan dari vaksinasi tetaplah penting.

Per 18 Mei 2025, tercatat 518 sekuens varian Nimbus NB.1.8.1 telah dilaporkan ke database GISAID oleh 22 negara. Angka ini menunjukkan penyebaran yang cepat dan meluas.

Varian ini menyumbang 10,7 persen dari data global pada pekan epidemiologi ke-17 (21–27 April 2025). Angka ini meningkat signifikan dari 2,5 persen hanya empat minggu sebelumnya.

Peningkatan kasus terjadi merata di Asia, Eropa, dan Amerika. Indonesia perlu meningkatkan kewaspadaan dan memperkuat surveilans genomik.

Prof. Tjandra merekomendasikan peningkatan pengujian COVID-19 pada kasus *Severe Acute Respiratory Illness (SARI)* dan minimal 5 persen kasus *Influenza-Like Illness (ILI)*. Hasil positif perlu diuji *Whole Genome Sequencing (WGS)*.

Gejala dan Pencegahan COVID-19 Varian Nimbus

World Health Network mencatat empat karakteristik utama varian Nimbus. Pertama, penularannya lebih mudah dibanding varian sebelumnya.

Kedua, gejala khasnya meliputi nyeri tenggorokan yang sangat hebat (seperti disayat silet), lemas, batuk ringan, demam, dan nyeri otot. Gejala ini perlu diwaspadai.

Ketiga, tingkat keparahan penyakit masih dalam pemantauan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami hal ini.

Keempat, kemunculan varian ini di musim panas menunjukkan bahwa COVID-19 kini tak lagi musiman. Hal ini mengubah paradigma sebelumnya.

Munculnya varian baru di musim panas menunjukkan virus ini dapat menyebar sepanjang tahun. Masyarakat perlu tetap waspada.

Penting bagi Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan dan mempersiapkan strategi pengendalian yang komprehensif. Surveilans genomik yang ketat dan peningkatan kapasitas pengujian sangat penting.

Dengan memahami karakteristik varian Nimbus dan mengikuti protokol kesehatan, diharapkan penyebaran varian ini dapat dikendalikan. Kesiapsiagaan masyarakat menjadi kunci utama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *