Dunia kembali dihadapkan pada lonjakan kasus COVID-19. Penyebabnya adalah kemunculan varian baru yang diberi nama Nimbus, dengan kode NB.1.8.1. Varian ini disebut lebih mudah menular dan mampu menghindari antibodi yang telah terbentuk. Kenaikan kasus ini telah menarik perhatian global dan mendorong peningkatan kewaspadaan di berbagai negara.
Prof. Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI dan Adjunct Professor di Griffith University, menjelaskan bahwa varian Nimbus mulai meningkat sejak pertengahan April 2025, menggantikan varian LP.8.1 yang sebelumnya dominan. Informasi ini disampaikannya kepada Health Liputan6.com pada Selasa, 10 Juni 2025. Berikut adalah delapan fakta penting mengenai varian Nimbus NB.1.8.1 yang perlu diketahui.
1. Varian NB.1.8.1 Menjadi Perhatian WHO
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklasifikasikan varian NB.1.8.1 sebagai *variant under monitoring (VUM)*. Hal ini menunjukkan bahwa WHO memantau varian ini secara ketat.
WHO memiliki tiga kategori klasifikasi varian COVID-19: *variant of concern (VOC)*, *variant of interest (VOI)*, dan *variant under monitoring (VUM)*. Status VUM menunjukkan potensi peningkatan status menjadi VOC atau VOI jika terbukti lebih berbahaya.
2. Asal-usul dan Mutasi Varian Nimbus
Secara genetik, varian Nimbus berkaitan dengan varian sebelumnya, XDV.1.5.1 dan JN.1. Dibandingkan dengan varian LP.8.1, Nimbus memiliki banyak mutasi, terutama pada protein *spike*.
Enam mutasi *spike* yang signifikan pada varian NB.1.8.1 adalah T22N, F59S, G184S, A435S, V445H, dan T478I. Mutasi-mutasi ini diduga menjadi penyebab peningkatan penularan dan kemampuan menghindari sistem imun.
3. Penularan dan Efektivitas Antibodi
Mutasi *spike* di posisi 445 meningkatkan kemampuan virus untuk melekat pada reseptor ACE2 manusia. Hal ini menyebabkan varian Nimbus lebih mudah menular.
Mutasi di posisi 435 dan 478 memungkinkan virus menghindari antibodi. Ini berarti, imunitas dari infeksi sebelumnya atau vaksinasi mungkin kurang efektif melawan varian ini.
4. Penyebaran Global dan Peningkatan Kasus
Per 18 Mei 2025, sebanyak 518 sekuen varian NB.1.8.1 telah dilaporkan ke GISAID dari 22 negara.
Persentase kasus meningkat signifikan, dari 2,5 persen pada akhir Maret menjadi 10,7 persen pada minggu ke-17 tahun epidemiologi ini (21-27 April 2025). Lonjakan kasus telah terjadi di Asia, Eropa, dan Amerika.
5. Rekomendasi Pengawasan dan Pengujian di Indonesia
Prof. Tjandra merekomendasikan peningkatan pengawasan terhadap varian Nimbus di Indonesia.
Ia menyarankan pengujian COVID-19 pada semua kasus *Severe Acute Respiratory Illness (SARI)* di rumah sakit dan 5 persen kasus *Influenza-Like Illness (ILI)*. Semua kasus positif COVID-19 dari SARI perlu dilakukan *whole genome sequencing*.
6. Gejala Khas dan Kemunculan di Musim Panas
Gejala khas varian Nimbus, menurut World Health Network, meliputi sakit tenggorokan seperti teriris silet, kelemahan, batuk ringan, demam, dan nyeri otot.
Uniknya, varian ini muncul di musim panas, menunjukkan bahwa COVID-19 tidak hanya aktif di musim dingin. Meskipun belum dikategorikan sebagai varian yang sangat berbahaya, kewaspadaan tetap diperlukan.
7. Langkah Pencegahan COVID Nimbus
Meskipun tingkat penularan lebih tinggi dan potensi resistensi antibodi, langkah pencegahan tetap sama dengan varian COVID-19 lainnya, namun perlu ditingkatkan.
Berikut langkah pencegahan yang direkomendasikan: vaksinasi, penggunaan masker yang tepat, menjaga jarak fisik, mencuci tangan teratur, dan menjaga kebersihan lingkungan.
8. Pentingnya Informasi Terkini dan Surveilans
Data lengkap mengenai tingkat keparahan penyakit yang disebabkan oleh varian Nimbus masih dibutuhkan.
Penting untuk mengikuti informasi dari sumber terpercaya seperti WHO dan otoritas kesehatan setempat untuk mendapatkan informasi terbaru dan rekomendasi yang tepat. Penguatan sistem surveilans dan peningkatan pengujian tetap menjadi kunci untuk mengantisipasi lonjakan kasus.
Kesimpulannya, kemunculan varian Nimbus menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 masih memerlukan kewaspadaan. Meskipun belum dikategorikan sebagai varian yang sangat berbahaya, peningkatan penularan dan potensi resistensi antibodi membutuhkan peningkatan langkah-langkah pencegahan dan surveilans yang ketat. Masyarakat dianjurkan untuk tetap waspada dan mengikuti arahan dari otoritas kesehatan.