Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan masalah kesehatan serius yang seringkali tidak menunjukkan gejala, terutama pada perempuan. Hal ini menyebabkan keterlambatan penanganan dan berpotensi menimbulkan komplikasi berbahaya. Oleh karena itu, penting untuk memahami gejala, pencegahan, dan penanganan IMS.
Dokter Hanny Nilasari dari Departemen Dermatologi dan Venereologi FKUI-RSCM menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap IMS, terutama karena gejalanya yang seringkali samar dan tidak spesifik, bahkan terkadang tanpa gejala sama sekali. Pada perempuan, gejala mungkin hanya berupa keputihan biasa, sehingga mudah diabaikan.
Gejala Infeksi Menular Seksual (IMS)
Meskipun banyak IMS yang tanpa gejala, beberapa tanda dapat menjadi indikasi adanya infeksi. Penting untuk segera memeriksakan diri ke dokter jika mengalami gejala-gejala berikut.
- Munculnya luka atau lepuhan di area genital.
- Cairan abnormal yang keluar dari vagina atau penis.
- Gatal atau nyeri saat buang air kecil.
- Pembengkakan kelenjar getah bening di lipat paha.
- Ruam kulit di area tubuh tertentu.
IMS dapat menular melalui berbagai cara, termasuk hubungan seksual oral, vaginal, dan anal. Penularan juga dapat terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh yang terinfeksi. Bahkan, ibu hamil dapat menularkan IMS kepada bayinya selama kehamilan atau proses menyusui.
Pentingnya Skrining Rutin dan Perilaku Seks yang Aman
Karena banyak kasus IMS tanpa gejala, skrining rutin sangat dianjurkan, terutama bagi mereka yang aktif secara seksual. Skrining membantu mendeteksi infeksi sejak dini sehingga pengobatan dapat segera dilakukan.
Tren kasus IMS terus meningkat dari tahun ke tahun, dan usia penderita semakin muda. Oleh karena itu, penting untuk mempraktikkan perilaku seksual yang aman untuk melindungi diri dari infeksi. Hal ini termasuk penggunaan kondom dan menghindari hubungan seksual berisiko.
Meningkatnya Kasus IMS pada Remaja dan Tingginya Angka Sifilis
Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan peningkatan kasus IMS dalam tiga tahun terakhir, khususnya pada kelompok usia muda. Pada tahun lalu, tercatat 23.347 kasus sifilis, mayoritas merupakan sifilis dini. Angka sifilis kongenital, yang menular dari ibu ke bayi, juga cukup mengkhawatirkan, dengan 77 kasus tercatat.
Kasus gonore juga tinggi, dengan 10.506 kasus tercatat, sebagian besar di DKI Jakarta. IMS bukan hanya masalah kesehatan pribadi, tetapi juga masalah kesehatan masyarakat yang serius. IMS dapat meningkatkan risiko penularan HIV. Kasus terbanyak terjadi pada usia produktif (25-49 tahun), dan kini mulai meningkat pada remaja (15-19 tahun).
IMS memiliki potensi komplikasi serius jika tidak ditangani dengan tepat. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi antara lain radang panggul, kehamilan ektopik, dan infertilitas. Bayi yang lahir dari ibu dengan IMS juga berisiko mengalami kematian neonatal, berat badan lahir rendah, atau kelahiran prematur. Oleh karena itu, deteksi dini dan pengobatan yang tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi tersebut. Pentingnya edukasi dan akses terhadap layanan kesehatan seksual yang komprehensif perlu terus digalakkan untuk mengatasi masalah IMS yang terus meningkat ini. Dengan kesadaran dan tindakan pencegahan yang tepat, risiko terkena IMS dapat diminimalisir.





